Selasa, 28 Agustus 2012

(bimbingan TA = pelajaran hidup)

Bermula ketika saya memutuskan untuk memilih salah satu dosen untuk bimbingan tugas akhir saya. Banyak pihak yang kurang setuju dengan keputusan saya untuk mempertahankan beliau. Bagian akademik, teman seangkatan, Bapak dirumah, bahkan beliau sendiri menawari saya untuk berpikir ulang keputusan saya memilih beliau sebagai pembimbing. Aneh ya? memang. 

Saya tetap bertahan pada pilihan saya. Dari bulan juni lalu, saya sudah mulai konsul judul. Menyenangkan. Banyak sekali nasehat yang beliau berikan. Sekarang saya baru merasakan apa yang beliau maksud ketika menyuruh saya berfikir ulang. 
Yah, beliau sangat perfeksionis. Tidak ada karakter kata pun terlewat dari koreksi beliau. Proposal pengajuan data yang akhirnya sama sekali tidak dihiraukan stakeholder setempat, sudah revisi terhitung empat kali. Sakit hati? sedikit. Pelajaran yang saya dapatkan dari situ adalah melakukan sesuatu harus dengan best effort. lupakan formalitas! titik.

Semua orang sudah menanyakan kapan wisuda. harus jawab apa? sampai mantan karyawan jurusan yang bahkan saya sudah lupa namanya, menanyakan hal ini tadi siang di kampus. Do'anya ya Pak! jawaban saya. selalu.

Sampai hari ini, masih revisi hal yang sama. 2 bulan pengerjaan TA ternyata belum melesat sejauh yang saya bayangkan. Akhirnya sekelumit kata yang lama saya simpan, terdengar di hadapan beliau. baru siang tadi saya mengatakan hal ini:

"Pak, november sebentar lagi. Saya boleh mentargetkan wisuda di bulan itu?"

Dan seperti yang sudah saya bayangkan sebelumnya, kurang lebih jawaban beliau:

"Kalo bimbingan sama saya tidak bisa menargetkan waktu mbak, begini saja, sekolah itu kan ibadah ya? berarti kamu sedang beribadah. memangnya kalo sholat itu di target berapa lama? nggak boleh to? tetap do the best saja. kalo menargetkan waktu kan malah jadi beban nanti. jangan kamu sekolah mengejar waktu. Allah tahu semua yang kita kerjakan kok. nanti akan beda mana yang kerjanya ngejar-ngejar waktu untuk lulus, mana yang sungguh-sungguh mengerjakan dengan ikhlas. lihat saja nanti. lagipula rezeki dari Allah tidak ada yang tertukar kan?"

Fiks. Idealisme yang luar biasa. saya terdoktrin saat itu juga. beban saya dengan tuntutan harus lulus bulan sekian tahun sekian lenyap seketika. Tidak sampai disitu, 

"Penjelasan bapak yang seperti ini yang belum bisa saya sampaikan kepada orang tua saya, Pak" saya kembali bersuara

"Sini, mana nomer telfon orangtuamu? biar saya langsung yang menjelaskan"

Saya tidak bisa berkata-kata lagi. 

Pembentukan karakter baru, yah. bisa jadi. pelajaran seperti ini yang mungkin tidak akan pernah saya dapatkan jika saja waktu itu saya manut untuk mengganti pemimbing.

Sekarang melihat teman-teman dengan seragam putih hitamnya tidak memberikan efek yang berkepanjangan seperti sebelumnya. efek kesetrum ribuan volt... dannn.. radang hati tingkat 2? not anymore.
Saya bertahan untuk belajar langsung pada ahlinya. tema saya permukiman, dan yahh..pembimbing saya bertahun-tahun sudah menggeluti bidang itu. beliau doktor di bidang ini. wajar saja ketika metode yang saya gunakan selalu disalahkan ketika saya mengikuti teman-teman yang sudah pendadaran. maaf, permukiman sudah banyak teman saya yang memakai tema ini, tapi sungguh.. andai mereka mendapat pembimbing beliau, pasti tidak secepat ini. banyak sekali yang harus dibenahi.
Sombong? bukan bermaksud. Iri? sangat. Allah Mahatahu. karena memang beliau satu-satunya doktor yang sedang membimbing TA di jurusan saya. *Terus? gue nggak harus bilang wow kan?
Yang pasti, akan ada perjuangan lebih berat lagi didepan. semoga bisa terus belajar melakukan yang terbaik.

Tuhan bersama mahasiswa tingkat akhir :-D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar