Selasa, 22 Oktober 2013

review 'Escape Pulau Tidung'

Akhirnya bisa liburan di Jakarta! Iya liburan yang tidak terencana tepatnya. Awal weekend di Bulan Oktober ini, kami, rangers Secan Phyton, sebut saja begitu, mengunjungi Pulau Tidung, salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang lumayan terkenal itu.

Pulau Tidung merupakan pulau terbesar dalam gugusan pulau-pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Pulau hunian penduduk ini memiliki luas sekitar 109 ha dengan populasi sekitar 5000 jiwa. Pulau Tidung terhampar membujur panjang dari barat ke timur dan menjadi 2 bagian (Tidung Besar & Tidung kecil) yang dihubungkan oleh ‘Jembatan Cinta’---> http://www.pulau-tidung.com/index.html

Jum'at, 04 Oktober 2013
Berawal dari sms yang tidak terduga di jumat sore berisi ajakan liburan. Pokoknya sangat mendadak dan tanpa persiapan apa-apa. Terlebih jumat malam saya masih lembur di kantor, Sita juga masih praktek di RS. Tapi bukankah sudah jadi kebiasaan bahwa lebih mudah merealisasi sesuatu yang tidak terencana? Dan sesuatu yang direncanakan malah biasanya gagal. Mindset yang sudah membudaya yang sering saya alami -_-
Dan here we go ! Saya menjadi anggota rantau di Jakarta paling newbie diantara mereka. Diantara teman sekelas SMA bernama ‘SecanPhyton’ ini. Dan inilah senior saya dalam hal pengalaman bergelut di dunia sekejam Jakarta:
Sita. Nurse wanna be yang lagi ambil profesi di UI ini emang ternyata suka banget diajak main. Buktinya di tengah profesi dan setumpuk tugas kampusnya, masih aja nemu wiken buat liburan. Yah nggak jauh beda si sama saya. Hehe
 Hari. Si N’dut yang jarang tertawa ini adalah seorang mekanik alat kesehatan, lulusan Poltekkes Kemenkes Jakarta. Profesi yang menurut saya masih langka. Buktinya dia sering banget bolak balik dikirim ke luar jawa sekedar memperbaiki alat di rumah sakit di daerah itu. Ah senangnya.
 Rifqi. Kesan pertama anak ini introvert banget. Tapi kalau udah ngobrol, banyak banget bahan yang bisa diomongin. Apalagi soal dunia kerja, komputer, programmmer, design grafis, fotografi, animasi, dunianya deh. Kuliahnya di Telkom Bandung, tapi kerja jadi programmer di sekitar Jakarta juga.
Dan akhirnya, kami temen sekelas selama dua tahun di SMA, yang dulu nggak pernah akrab disatukan lagi di Jakarta ini dengan kondisi dan profesi yang berbeda. Hah! Bonusnya kami semua memang seneng dolan, dan kedua cowok ini hobi banget sama fotografi. Nanti bisa dilihat jepretan mereka yang keren-keren deh pokoknya.

Sabtu, 05 Oktober 2013
Persiapan berangkat jam5 pagi dari Jakarta Selatan menuju Dermaga Muara Angke Jakarta Utara. Denger-denger kapal penyeberang dibatasi. Dan hanya beroperasi pagi saja, kecuali rombongan.
 Tentu dengan mata terkantuk-kantuk, di samping halte Al Ahzar, saya dan Hari menunggu jemputan Sita dan Rifqi dari Depok
Sampai di Muara Angke, bersama ratusan bahkan ribuan wisatawan lainnya, kapal mulai melesat satu persatu sekitar pukul 07.30 an. Dan dua jam setelahnya, sampailah di Pulau Tidung paradise ^^
 Kapal penyeberang
Efek kerja rodi sebelum liburan :p (di dalam kapal)
 Dermaga Pulau Tidung
yang sangat bersih, jauh berbeda dengan Muara Angke yang penuh sampah dan airnya berwarna cokelat kehitaman

Sampai di Pulau Tidung kami segera berburu penginapan yang sesuai dengan budget kami.
Kamar cowok, yang bed-nya cukup untuk 4 orang, pun bed di kamar cewek juga sama besarnya
Di atas adalah penginapan yang kami dapat seharga 300.000 sehari semalam. Berikut fasilitas: 2 ruang kamar tidur, 1 kamar mandi, AC, TV dan dispenser. Lumayan adem lah.

Menjelang siang dengan perut kelaparan kami jalan sembari survey lokasi mana saja yang akan kami kunjungi nanti di pulau yang luasnya hanya 109 ha ini.
Jalan di pulau ini bukan jalan aspal. Semua berupa paving blok seperti ini
Jajanan m*r*mas, nutr* s*ri dan es kelapa harga standar 5.000
Ayam bakar sebelah, sambal kecap, tempe goreng dan air es
Ah iya, ini menu makan kami paling mewah selama liburan. Yang tanpa ba bi bu kami pesen ayam bakar sebelah dan tempe goreng untuk 4 porsi yang ternyata membuat kami menyesal sepanjang liburan kami. *halah*
Karena semua dibanderol 114.000 !
Selesai makan, kami semua yang notabene kurang tidur memutuskan untuk istirahat dulu. Barulah sekitar jam 3 sore kami ngepit menuju pantai di ujung timur Pulau Tidung. Oh iya transportasi utama wisatawan disini adalah sepeda. Semua penginapan menyediakan sepeda sebagai kendaraan kemana saja disini. No mobil, no yang lain. Tapi warga disini udah banyak yang punya motor juga sih.
 
Sampai di pantai dengan menggunakan baju siap basah kami mulai memilih wahana apa saja yang akan kami naiki. Dan akhirnya sore itu kami memilih banana boat dan canoe saja. Sayang kami tidak membawa kamera untuk mengbadikan. Karena takut basah kecemplung air.

Puas bermain air, sekitar pukul 16.30, kami segera menuju ujung barat Pulau Tidung untuk mengejar sunset, tentu setelah berkemas ganti baju, shalat dan sebagainya.
 
Perjalanan menuju ke barat, ke barat semacam mengejar kitab suci *heh*
Sekitar pukul 17.00 kami mulai melakukan perjalanan ke barat mengejar sunset. Sayang ada tragedi salah satu rantai sepeda kami putus di tengah jalan, jadi agak terlambat melihat sunset waktu itu. Tapi tetep kami tidak kehilangan moment buat jeprat jepret di pinggir pantai barat tidung. 

Untungnya kita punya guide sukarela yang melulu mengikuti kami kemanapun kami pergi. Beliau mengenalkan diri dengan nama Boy, akhirnya kami sepakat memanggilnya Mas Boy. Dari awal kami tiba di pulau ini, Mas Boy sudah mengikuti kami mencari penginapan, main ke wahana air, mengejar sunset, memarkirkan sepeda setiap kami berhenti, membawakan air minum setelah kami mainan air berjam jam, nemenin kami pesen tiket pulang, sampai nganter kami pulang ke kapal di dermaga. Semacam guide pribadi yang kami sewa saja lah pokoknya.

Ya lumayan buat hiburan banget si, soalnya Mas Boy orangnya ‘lucu’ dan ‘unik’. Dari pertama kali ketemu beliau saya sudah langsung bisa menebak kalo Mas Boy dulu pas kecil pasti pernah jatoh dari pohon dan kepalanya nyampe duluan di bawah. Bisa dibayangin kan orangnya seperti apa? Hehe. *ampun mas boy*
Nah Mas Boy ini yang mengurus sepeda yang rusak itu, dan akhirnya kamipun bisa nyampe ke barat. Bukan ujung Tidung sih, seenggaknya sisa matahari masih kelihatan dari pantai ini.
 
Kami akhirnya kembali lagi menuju penginapan untuk ishoma. Niatnya pas malem mau main keluar tapi kondisi badan tidak memungkinkan. Terlebih besok pagi puncaknya liburan. Yup, ngejar sunrise dan snorkeling.
Kami keluar untuk makan malam saja. Dan menu kami berikutnya dan seterusnya adalah indomie ! Hah. Melihat budget yang mulai menipis :3
Indomie + nasi di pulau ini pun di hargai 8.000 -_-

Minggu, 6 Oktober 2013
Selepas subuh, sekitar pukul 05.00 kami melesat mengayuh sepeda menuju ujung timur pulau tidung. Meninggalkan Mas Boy yang nampaknya belum bangun waktu itu.
Sampai di lokasi, ternyata kami tidak sendiri. Ada ratusan wisatwan lainnya yang juga ‘berburu’ sunrise. Dan perburuan kami berhasil. Sunrise terhamparsempurna di depan mata kami. Kalo kata orang Korea, Daebak !!
 
Perjalanan menuju ke Pulau Tidung kecil, melalui jembatan cinta



Pilih spot dan fokusin kamera dulu :D
Jembatan menuju penginapan dekat Tidung kecil, yang tidak ada yang menginap disana


Setelah puas berpose, kami memutuskan untuk kembali ke penginapan bersiap melanjutkan lagi menjadi manusia laut sementara. Here we go, snorkeling !
diantar ke tengah laut menggunakan banana boats


 

Pohon yang menancap di tengah tengah wilayah snorkeling. Lumayan buat nyantolin kamera
 


Hampir dua jam kami berenang bareng sama ikan ikan warna warni, yang nggak bisa bikin kita berhenti bertasbih.Betapa luar biasa kehidupan mereka di laut bersama dengan karang dan jutaan makhluk lain di dalamnya. Ah coba ada kamera underwater.

Setelah kewalahan, kelaparan dan kehausan berbonus menggigil kedinginan, barulah kami menyerah dan segera menanti boat jemputan menuju daratan.
Oh iya, next time kalo snorkeling baiknya bawa minum dan makanan ikan. Biar ikannya terus deket deket sama kita.

Sampai di parkiran, kami sudah dinanti Mas Boy yang setia membawakan kami minum.
Sampai di penginapan, kami segera beberes packing dan cari makan siang. Kabar buruknya, kapal penjemput menuju Muara Angke terakhir jam 12.30 siang. Kapal selanjutnya ada keesokan harinya.
Kami lantas mempercepat packing dan makan siang kami,lalu segera menuju dermaga. Dan fix itulah kapal penyeberang terakhir yang kami naiki hari itu juga menuju Muara Angke.

Kurang lebih 3 jam perjalanan, setelah kapal berhenti beberapa saat di tengah laut karena ada sampah yang menyumbat mesin, akhirnya sampai di Muara Angke.

di atas dermaga kapal Muara Angke
Sekitar pukul 16.00, kami lantas melanjutkan perjalanan menuju stasiun kota. Karena sulit menemukan kendaraan lain di jalan yang didominasi oleh udara ikan, kami memutuskan untuk menungangi bajaj. 
Bajaj yang overload ini dibanderol 35.000 sampai stasiun kota
Kurang lebih setengah jam perjalanan, sampai di stasiun kota. Kami berempat berpisah disana. Saya dan Hari menuju halte busway ke Jakarta Selatan, Rifqi dan Sita menuju Depok menggunakan KRL.

Finally, saatnya kembali ke dunia nyata. Senin pukul 08.15 pagi sudah harus absen di kantor -_-
Biar badan pegel semua, tapi ini liburan spontan paling keren deh selama di Jakarta. Hehe

Oh iya, ini review biaya dua hari kami di Pulau Tidung:
Taksi Depok-Jakarta Selatan-Muara Angke, Jakarta Utara: IDR 166.000 (gratis karena pake voucher taksi:D )
Tiket Kapal Muara Angke – Pulau Tidung atau sebaliknya: @ IDR 40.000
Penginapan sehari semalam: IDR 300.000 (dibagi berempat)
Sepeda santai selama di Pulau Tidung: @ IDR 15.000
Banana boats, Canoe, Donuts boats, Snorkeling dsb: @ IDR 35.000
3X makan untuk 4 porsi: @ IDR 178.000 (dibagi berempat)
Transport bajaj Muara Angke – Stasiun Kota: IDR 35.000 (dibagi berempat)
Busway: @ IDR 3.500
KRL: @ IDR 7.500
Lain – lain (jajan serta tips guide sukarela): IDR 50.000 (dibagi berempat)

Biaya bisa ditekan lagi misalnya dengan menambah jumlah orang/ rombongan untuk mengurangi biaya penginapan dan transportasi, tidak memberi tips untuk guide sukarela atau menolak diikuti guide, serta transportasi menuju Muara Angke diganti dengan KRL/ lainnya, asalkan jam 07.00 pagi sudah tiba di dermaga.
Oh iya, karena penginapan menyediakan dispenser panas, bisa dimanfaatkan dengan membawa bekal popmie misalnya, atau kopi instantdan sebagainya jadi biaya makan bisa lebih ditekan lagi.

Dan akhirnya, selamat merencanakan liburan ^O^

20 Oktober 2013.
Kos Putri Amanda No. 14, Kebayoran Baru Jakarta Selatan, ba’da maghrib setelah mencuci baju :)