Jumat, 13 Desember 2013

mencoba menaklukan ibukota #3

Hei gimana kabar? ah lama sekali hanya sekedar membuka blog. Bukan soal sibuk bukan. Malas tepatnya. Jenuh sekali berhadapan dengan layar datar a.k.a monitor komputer ini. Terhitung dari bulan Juni lalu, saya menghabiskan hampir seluruh hidup saya di depan layar komputer! *halah*. Mulai dari jam 8 sampai 5 sore. Belum kalo lembur pulangnya jam 9 malem bahkan di akhir-akhir projek ini jam 3 pagi baru bisa rebahan tidur di mushola kantor :( Ah kejamnyaa duniaa ~

Terhitung sudah hampir 7 bulan tinggal di ibukota. Seru? Of course ! Dapet temen baru dari dunia yang berbeda-beda, melihat segala keunikan yang seliweran didepan mata. Ada yang pernah lihat pengamen di angkutan umum pake rebana? di kopaja banyak loh. Terus lagunya maroon 5 yang moves like jagger dimainin pake suling? So awesome kan? Dan terakhir lagunya Christina Perri, A Thousand Years dimainin biola di kopaja19. Oh bikin dilema penumpang kayak saya buat ngasih apa enggak. Oke, begini. Ongkos kopaja jauh deket itu 3K, tapi pengamen dan pengemis sekali naik bisa sampai 5, 6 kali seliweran naik turun, sedangkan nemuin uang 1K sekarang udah lumayan susah kan yes? What the ah sudahlah. Belum lagi kalo lihat anak kecil, yang serius kecil banget, 3 tahun apa 4 tahun yang juga naik turun kopaja buat ngamen! Kejamnya duniaa ~

Oke cukup untuk yang miris-mirisnya. Kabar baiknya, saya sudah dapet murobi baru dari bulan oktober lalu. Alhamdulilah nambah temen-temen lagi. Tapi nih, tapi, liqo disini is really different than jogja! Bayangkan saja, rata-rata temen liqo dateng sambil bawa momongan masing-masing -_-
Baiklah murni, ini akan mempercantik dunia barumu disini. Batinku kemudian. Yah, banyak sekali 'guru-guru' baru saya disini. Guru tanpa pamrih yang mau membagi ilmu apa saja kepada anak kecil bau kencur seperti saya dalam hal hidup, mengasihi, sabar, ikhlas, mandiri, berkorban, berjuang, ah apa saja. Terimakasih kakak kakak akhwat 'jari lentik' :DD


Meja kantor paling pojok ruang drainase, 15.53 WIB
Ba'da ashar selagi menunggu orderan peta dari asisten hidrologi :)

Selasa, 22 Oktober 2013

review 'Escape Pulau Tidung'

Akhirnya bisa liburan di Jakarta! Iya liburan yang tidak terencana tepatnya. Awal weekend di Bulan Oktober ini, kami, rangers Secan Phyton, sebut saja begitu, mengunjungi Pulau Tidung, salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang lumayan terkenal itu.

Pulau Tidung merupakan pulau terbesar dalam gugusan pulau-pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Pulau hunian penduduk ini memiliki luas sekitar 109 ha dengan populasi sekitar 5000 jiwa. Pulau Tidung terhampar membujur panjang dari barat ke timur dan menjadi 2 bagian (Tidung Besar & Tidung kecil) yang dihubungkan oleh ‘Jembatan Cinta’---> http://www.pulau-tidung.com/index.html

Jum'at, 04 Oktober 2013
Berawal dari sms yang tidak terduga di jumat sore berisi ajakan liburan. Pokoknya sangat mendadak dan tanpa persiapan apa-apa. Terlebih jumat malam saya masih lembur di kantor, Sita juga masih praktek di RS. Tapi bukankah sudah jadi kebiasaan bahwa lebih mudah merealisasi sesuatu yang tidak terencana? Dan sesuatu yang direncanakan malah biasanya gagal. Mindset yang sudah membudaya yang sering saya alami -_-
Dan here we go ! Saya menjadi anggota rantau di Jakarta paling newbie diantara mereka. Diantara teman sekelas SMA bernama ‘SecanPhyton’ ini. Dan inilah senior saya dalam hal pengalaman bergelut di dunia sekejam Jakarta:
Sita. Nurse wanna be yang lagi ambil profesi di UI ini emang ternyata suka banget diajak main. Buktinya di tengah profesi dan setumpuk tugas kampusnya, masih aja nemu wiken buat liburan. Yah nggak jauh beda si sama saya. Hehe
 Hari. Si N’dut yang jarang tertawa ini adalah seorang mekanik alat kesehatan, lulusan Poltekkes Kemenkes Jakarta. Profesi yang menurut saya masih langka. Buktinya dia sering banget bolak balik dikirim ke luar jawa sekedar memperbaiki alat di rumah sakit di daerah itu. Ah senangnya.
 Rifqi. Kesan pertama anak ini introvert banget. Tapi kalau udah ngobrol, banyak banget bahan yang bisa diomongin. Apalagi soal dunia kerja, komputer, programmmer, design grafis, fotografi, animasi, dunianya deh. Kuliahnya di Telkom Bandung, tapi kerja jadi programmer di sekitar Jakarta juga.
Dan akhirnya, kami temen sekelas selama dua tahun di SMA, yang dulu nggak pernah akrab disatukan lagi di Jakarta ini dengan kondisi dan profesi yang berbeda. Hah! Bonusnya kami semua memang seneng dolan, dan kedua cowok ini hobi banget sama fotografi. Nanti bisa dilihat jepretan mereka yang keren-keren deh pokoknya.

Sabtu, 05 Oktober 2013
Persiapan berangkat jam5 pagi dari Jakarta Selatan menuju Dermaga Muara Angke Jakarta Utara. Denger-denger kapal penyeberang dibatasi. Dan hanya beroperasi pagi saja, kecuali rombongan.
 Tentu dengan mata terkantuk-kantuk, di samping halte Al Ahzar, saya dan Hari menunggu jemputan Sita dan Rifqi dari Depok
Sampai di Muara Angke, bersama ratusan bahkan ribuan wisatawan lainnya, kapal mulai melesat satu persatu sekitar pukul 07.30 an. Dan dua jam setelahnya, sampailah di Pulau Tidung paradise ^^
 Kapal penyeberang
Efek kerja rodi sebelum liburan :p (di dalam kapal)
 Dermaga Pulau Tidung
yang sangat bersih, jauh berbeda dengan Muara Angke yang penuh sampah dan airnya berwarna cokelat kehitaman

Sampai di Pulau Tidung kami segera berburu penginapan yang sesuai dengan budget kami.
Kamar cowok, yang bed-nya cukup untuk 4 orang, pun bed di kamar cewek juga sama besarnya
Di atas adalah penginapan yang kami dapat seharga 300.000 sehari semalam. Berikut fasilitas: 2 ruang kamar tidur, 1 kamar mandi, AC, TV dan dispenser. Lumayan adem lah.

Menjelang siang dengan perut kelaparan kami jalan sembari survey lokasi mana saja yang akan kami kunjungi nanti di pulau yang luasnya hanya 109 ha ini.
Jalan di pulau ini bukan jalan aspal. Semua berupa paving blok seperti ini
Jajanan m*r*mas, nutr* s*ri dan es kelapa harga standar 5.000
Ayam bakar sebelah, sambal kecap, tempe goreng dan air es
Ah iya, ini menu makan kami paling mewah selama liburan. Yang tanpa ba bi bu kami pesen ayam bakar sebelah dan tempe goreng untuk 4 porsi yang ternyata membuat kami menyesal sepanjang liburan kami. *halah*
Karena semua dibanderol 114.000 !
Selesai makan, kami semua yang notabene kurang tidur memutuskan untuk istirahat dulu. Barulah sekitar jam 3 sore kami ngepit menuju pantai di ujung timur Pulau Tidung. Oh iya transportasi utama wisatawan disini adalah sepeda. Semua penginapan menyediakan sepeda sebagai kendaraan kemana saja disini. No mobil, no yang lain. Tapi warga disini udah banyak yang punya motor juga sih.
 
Sampai di pantai dengan menggunakan baju siap basah kami mulai memilih wahana apa saja yang akan kami naiki. Dan akhirnya sore itu kami memilih banana boat dan canoe saja. Sayang kami tidak membawa kamera untuk mengbadikan. Karena takut basah kecemplung air.

Puas bermain air, sekitar pukul 16.30, kami segera menuju ujung barat Pulau Tidung untuk mengejar sunset, tentu setelah berkemas ganti baju, shalat dan sebagainya.
 
Perjalanan menuju ke barat, ke barat semacam mengejar kitab suci *heh*
Sekitar pukul 17.00 kami mulai melakukan perjalanan ke barat mengejar sunset. Sayang ada tragedi salah satu rantai sepeda kami putus di tengah jalan, jadi agak terlambat melihat sunset waktu itu. Tapi tetep kami tidak kehilangan moment buat jeprat jepret di pinggir pantai barat tidung. 

Untungnya kita punya guide sukarela yang melulu mengikuti kami kemanapun kami pergi. Beliau mengenalkan diri dengan nama Boy, akhirnya kami sepakat memanggilnya Mas Boy. Dari awal kami tiba di pulau ini, Mas Boy sudah mengikuti kami mencari penginapan, main ke wahana air, mengejar sunset, memarkirkan sepeda setiap kami berhenti, membawakan air minum setelah kami mainan air berjam jam, nemenin kami pesen tiket pulang, sampai nganter kami pulang ke kapal di dermaga. Semacam guide pribadi yang kami sewa saja lah pokoknya.

Ya lumayan buat hiburan banget si, soalnya Mas Boy orangnya ‘lucu’ dan ‘unik’. Dari pertama kali ketemu beliau saya sudah langsung bisa menebak kalo Mas Boy dulu pas kecil pasti pernah jatoh dari pohon dan kepalanya nyampe duluan di bawah. Bisa dibayangin kan orangnya seperti apa? Hehe. *ampun mas boy*
Nah Mas Boy ini yang mengurus sepeda yang rusak itu, dan akhirnya kamipun bisa nyampe ke barat. Bukan ujung Tidung sih, seenggaknya sisa matahari masih kelihatan dari pantai ini.
 
Kami akhirnya kembali lagi menuju penginapan untuk ishoma. Niatnya pas malem mau main keluar tapi kondisi badan tidak memungkinkan. Terlebih besok pagi puncaknya liburan. Yup, ngejar sunrise dan snorkeling.
Kami keluar untuk makan malam saja. Dan menu kami berikutnya dan seterusnya adalah indomie ! Hah. Melihat budget yang mulai menipis :3
Indomie + nasi di pulau ini pun di hargai 8.000 -_-

Minggu, 6 Oktober 2013
Selepas subuh, sekitar pukul 05.00 kami melesat mengayuh sepeda menuju ujung timur pulau tidung. Meninggalkan Mas Boy yang nampaknya belum bangun waktu itu.
Sampai di lokasi, ternyata kami tidak sendiri. Ada ratusan wisatwan lainnya yang juga ‘berburu’ sunrise. Dan perburuan kami berhasil. Sunrise terhamparsempurna di depan mata kami. Kalo kata orang Korea, Daebak !!
 
Perjalanan menuju ke Pulau Tidung kecil, melalui jembatan cinta



Pilih spot dan fokusin kamera dulu :D
Jembatan menuju penginapan dekat Tidung kecil, yang tidak ada yang menginap disana


Setelah puas berpose, kami memutuskan untuk kembali ke penginapan bersiap melanjutkan lagi menjadi manusia laut sementara. Here we go, snorkeling !
diantar ke tengah laut menggunakan banana boats


 

Pohon yang menancap di tengah tengah wilayah snorkeling. Lumayan buat nyantolin kamera
 


Hampir dua jam kami berenang bareng sama ikan ikan warna warni, yang nggak bisa bikin kita berhenti bertasbih.Betapa luar biasa kehidupan mereka di laut bersama dengan karang dan jutaan makhluk lain di dalamnya. Ah coba ada kamera underwater.

Setelah kewalahan, kelaparan dan kehausan berbonus menggigil kedinginan, barulah kami menyerah dan segera menanti boat jemputan menuju daratan.
Oh iya, next time kalo snorkeling baiknya bawa minum dan makanan ikan. Biar ikannya terus deket deket sama kita.

Sampai di parkiran, kami sudah dinanti Mas Boy yang setia membawakan kami minum.
Sampai di penginapan, kami segera beberes packing dan cari makan siang. Kabar buruknya, kapal penjemput menuju Muara Angke terakhir jam 12.30 siang. Kapal selanjutnya ada keesokan harinya.
Kami lantas mempercepat packing dan makan siang kami,lalu segera menuju dermaga. Dan fix itulah kapal penyeberang terakhir yang kami naiki hari itu juga menuju Muara Angke.

Kurang lebih 3 jam perjalanan, setelah kapal berhenti beberapa saat di tengah laut karena ada sampah yang menyumbat mesin, akhirnya sampai di Muara Angke.

di atas dermaga kapal Muara Angke
Sekitar pukul 16.00, kami lantas melanjutkan perjalanan menuju stasiun kota. Karena sulit menemukan kendaraan lain di jalan yang didominasi oleh udara ikan, kami memutuskan untuk menungangi bajaj. 
Bajaj yang overload ini dibanderol 35.000 sampai stasiun kota
Kurang lebih setengah jam perjalanan, sampai di stasiun kota. Kami berempat berpisah disana. Saya dan Hari menuju halte busway ke Jakarta Selatan, Rifqi dan Sita menuju Depok menggunakan KRL.

Finally, saatnya kembali ke dunia nyata. Senin pukul 08.15 pagi sudah harus absen di kantor -_-
Biar badan pegel semua, tapi ini liburan spontan paling keren deh selama di Jakarta. Hehe

Oh iya, ini review biaya dua hari kami di Pulau Tidung:
Taksi Depok-Jakarta Selatan-Muara Angke, Jakarta Utara: IDR 166.000 (gratis karena pake voucher taksi:D )
Tiket Kapal Muara Angke – Pulau Tidung atau sebaliknya: @ IDR 40.000
Penginapan sehari semalam: IDR 300.000 (dibagi berempat)
Sepeda santai selama di Pulau Tidung: @ IDR 15.000
Banana boats, Canoe, Donuts boats, Snorkeling dsb: @ IDR 35.000
3X makan untuk 4 porsi: @ IDR 178.000 (dibagi berempat)
Transport bajaj Muara Angke – Stasiun Kota: IDR 35.000 (dibagi berempat)
Busway: @ IDR 3.500
KRL: @ IDR 7.500
Lain – lain (jajan serta tips guide sukarela): IDR 50.000 (dibagi berempat)

Biaya bisa ditekan lagi misalnya dengan menambah jumlah orang/ rombongan untuk mengurangi biaya penginapan dan transportasi, tidak memberi tips untuk guide sukarela atau menolak diikuti guide, serta transportasi menuju Muara Angke diganti dengan KRL/ lainnya, asalkan jam 07.00 pagi sudah tiba di dermaga.
Oh iya, karena penginapan menyediakan dispenser panas, bisa dimanfaatkan dengan membawa bekal popmie misalnya, atau kopi instantdan sebagainya jadi biaya makan bisa lebih ditekan lagi.

Dan akhirnya, selamat merencanakan liburan ^O^

20 Oktober 2013.
Kos Putri Amanda No. 14, Kebayoran Baru Jakarta Selatan, ba’da maghrib setelah mencuci baju :)

Kamis, 29 Agustus 2013

Hijab Jilbab

Sebenarnya cuma saya aja yang mikirin apa memang itu adalah hal yang benar? Jadi saya membedakan jilbab dengan hijab begini: Kalo hijab itu penutup kepala yang dipakai wanita seperti yang sedang trend belakangan ini. Hijab yang lagi ngtrend di kalangan seleb. Kalo jilbab ya yang dipakai para akhwat. Ya yang dipakai murabbi itu. Yang gede, yang tebel, yang keren, yang ngeliat jadi adem ~halah~ pokoknya yang berkomplementer sama kaos kaki.
 
Sebenernya ada lagi kosa kata yang mirip. Adalah kerudung. Kata temen SMA saya yang akhwat, ada versus antara jilbab dan kerudung. Jilbab itu ya yang gede itu, kalo kerudung sudah menutup dada sih, cuman masih kecil. Pokoknya yang biasa dipake dirumah.
Drrtt drrrtt  <-- efek shock standar.
Oke. Berarti saya belum pake jilbab. Semoga dimudahkan terus berproses membaik. Amin. 

Balik lagi ke hijab dan jilbab.
Akhir-akhir ini sering mendapat masukan yang agak kurang memberi minat yang berarti. Di dunia kerja di kota yang digadang-gadang dengan dunia hedonismenya, masalah hijab tidak kalah trend.

“Mur, mbok kamu pake hijabnya yang trendy lho. Biar kelihatan lebih muda” kata saudara saya suatu waktu.
“Mur, mbok sekali-kali pake hijab yang begini, ini dapet tutorial di youtube lho” tambahnya sambil menunjuk hijab yang dipakainya bangga  -_____-

Kemudian saya pusing. Ah ribet. Susah makeknya. Jawabku sekenanya.
Bagus sih, kelihatan lebih fresh. Agak sedikit tergoda untuk mencoba. Asal ada syaratnya, begitu kata akhwat kantor yang juga senior di tempat kerja.
Syaratnya 1) Kainnya tebal, tidak menerawang. 2) Menutup dada. 3) Tidak berpunuk unta. 4) Tidak mengikat leher. Alasannya jelas sekali ada di Qur’an Surat An Nur 31. Serta hadist riwayat Muslim tentang jilbab berpunuk unta yang diharamkan baginya mencium wangi surga itu. Wallahua’lam.

Subhanallah ya, beribadah memang harus terus saling mengingatkan. Nek saya sih emang harus diingetin terus. Tiap hari ditanya “Murni, kaos kakinya mana?” misalnya :D *halah~

Rabu, 17 Juli 2013

mencoba menaklukan ibukota #2



Puasa udah melesat seminggu aja nih. Nggak kerasa. Rutinitas harian puasa tahun ini berbeda sekali dengan tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya saya masih berada di Jogja dengan kesibukan wara-wiri kampus. Pun dengan tarawih saya yang muter-muter berpindah-pindah masjid.

Sekarang di Jakarta semua serasa serba cepat.  Begitulah kata orang-orang, di Jakarta memang perlu ada kemacetan untuk memperlambat aktivitas masyarakat ibukota yang dilakukan serba cepat.
Saking kerasa cepetnya, sampai saya hampir tidak pernah makan berat saat berbuka puasa, dan tidak merasa kelaparan sehariannya. Ah puasa memang bulan favorit. Semua aktivitas dan kesibukan mendadak mentoleransi segala bentuk ketidakdisiplinan pekerjaan, alih-alih sedang berpuasa. Telat misalnya, pulang sebelum waktunya misalnya, tidur di mushola, bermalas-malasan di balik komputer dan sebagainya. Indahnya duniaa ~

Rutinitas harian yang serba cepat dan “teratur" saya berawal dari pulang kantor. Yah, pulang kantor jam 17.00 WIB langsung menuju masjid Al-Ahzar, kemudian kajian menuju buka bersama dengan hidangan takjil dimulai pukul 17.30, sampai dengan berbuka puasa. Lepas berbuka disusul dengan shalat isya yang baru dimulai pukul 19.30, ceramah pra tarawih, kemudian tarawih dimulai pukul 20.00 WIB.
Masjid Al-Ahzar memberikan suasana yang sangat berbeda di puasa tahun ini. Masjid dengan gaya arsitektur modern ini setiap harinya dipenuhi dengan ribuan jamaah untuk shalat tarawih. Saya yang gampang terkesima alias ‘gumunan’ pasti merasa sedang berada di dunia lain kalo sedang di Al-Ahzar. Sifat gumunan saya memang selalu membawa fantasi yang berlebihan. Tapi kadang saya sangat menikmati hal itu.

Berada di tengah-tengah ribuan orang yang tidak saya kenal, di masjid yang keren karena punya security khusus untuk membariskan shaf shalat. Oh iya di mesjid ini banyak sekali security dengan seragam lengkap dan tongkatnya siap untuk mengomeli para jamaah yang mengosongkan shaf-shaf shalat atau yang shafnya tidak teratur. Mereka biasanya berkeliling di belakang jamaah setiap sebelum shalat dilakukan. Keren bukan? Awalnya saya pikir tidak perlu, tapi ternyata jamaah memang sulit sekali merapatkan shaf. Mungkin karena tidak saling mengenal jadi agak sulit. Pantas saja bapak securitynya gemes gitu. (baca: gemes = galak).

Ribuan jamaah yang datang dengan kostum beraneka ragam juga sering membuat saya terkesima. Mulai dari yang terbuka banget sampai yang tertutup banget ada. Penceramah yang sering saya lihat di tivi, sampai kamera tivi lengkap dengan reporternya pada ikutan tarawih juga.
Di luar mesjid saben hari ada pasar dadakan yang menyajikan aneka menu berbuka di stand-stand yang serba putih. Nuansa ramadhan banget deh. Sampai akhirnya saya baru sadar bahwa saya sedang di dunia nyata kalau sudah sampai di kos lagi jam 10 malam.

Kemudian bangun sahur, subuh, berangkat kantor sampai jam 5 ke masjid lagi. Begitulah rutinitas yang membuat waktu begitu cepat. Tentu saja di luar weekend yang mengharuskan saya mudik ke bekasi, atau agenda buka bersama dengan teman kuliah, teman SMA, dan tetangga rumah yang sedang merantau di sini. 
Ah sayangnya belum juga dihubungi mr baru, padahal bakalan jadi doping target ibadah ramadhan ini :(
 
Eh kebumen gimana kabarnya ya?

Jumat, 28 Juni 2013

perhatian

Tidak juga semua orang yang memiliki kesiapan mental memiliki kemampuan untuk terus memperhatikan. Begitu kata Anis Matta dalam serial cintanya. 
Perhatian itu niscaya akan menyiksa jiwanya dengan rindu saat kamu tidak berada di sisinya. Mungkin ia tidak mengatakannya. Tapi ia pasti merasakannya. Lanjutnya.

Tapi disana spesifik perhatian kepada orang yang kita cinta saja. Ah perhatian itu luas kan?

Pada akhirnya saya bisa menyimpulkan bahwa memberi perhatian itu pekerjaan yang perlu kebiasaan ternyata. Kebiasaan yang selanjutnya menjadi karakter yang pemerhati. Apa saja. Pemerhati teman-teman kita misalnya.
Ah agak sedikit kurang terbiasa untuk tidak tahu apa yang teman-teman kita sedang lakukan.

Kangen jogja ih. Biarpun temen-temen saya disana freak semua =_=



Jakarta, 12.39 WIB.
Ruang MP Drainase Bekasi.
Dengan random playlist music dan ketoprak pedas ^^

Kamis, 27 Juni 2013

orang bilang...

orang bilang saya maunya menang sendiri,
orang bilang saya nggak pernah mau disalahin,
orang bilang saya keras kepala,
orang bilang saya berisik,
orang bilang saya jorok,
orang bilang saya berantakan,
orang bilang saya judes,
orang bilang saya sok tahu,
orang bilang saya nggak punya pendirian,
orang bilang saya seenaknya,
orang bilang saya suka dramatis,

well, setiap orang memang punya hak menilai orang lain seperti apa.
pun sama, kita juga punya hak untuk memilah mana yang perlu didengar kemudian menjadi masukan, dan mana yang lebih baik diabaikan.

bukankah mengikuti setiap ekspektasi orang lain terhadap kita itu adalah pekerjaan berat?

Senin, 24 Juni 2013

mencoba menaklukan ibukota #1



Masih inget waktu senior kuliah pernah bilang ‘welcome to the jungle’ saat beliau tahu saya akan kerja di Jakarta. Lalu saya jawab begini ‘masih mendingan jungle kayaknya, ini sih bakalan lebih kejam daripada ibu tiri’.

Dan, here we go .. Jakarta. Kota yang menjadi tujuan jutaan orang untuk mengadu nasib. Mengadu kok sama Kota. Ada ada aja.
Ada quotes yang bilang katanya kalo bangun siang nanti keburu rejekinya dipatok ayam. Sayangnya di Jakarta nggak ada ayam. Lah..
Jadi, orang Jakarta itu udah biasa banget bangun pagi. Malah saya sering denger banyak pekerja yang nunggu angkot dari jam4 subuh. Entahlah saya mesti kagum apa kasihan dengernya. Tapi ya wajar si, orang jam6 pagi udah macet gitu.

Saya yang notabene belum terbiasa hidup disini, masih suka merasa aneh pada hal-hal yang mungkin sepele. Jadi, suatu pagi saya tanyakan pada sepupu:

‘Mbak, kalo di bis kok sepi banget ya? Semua orang tidur kayaknya. Dan setiap hari saya naik bis jurusan yang sama di jam yang sama, nggak pernah tuh ketemu sama orang yang sama yang kemaren naik bis itu juga’
‘Yaelah Mur, emangnya Jogja yang ramah-ramah. Disini kamu harus ati-ati kalo ngobrol atau ngajak ngobrol orang. Bisa-bisa kamu dikira mau hipnotis entar’
‘Pantesan..semua orang kalo nggak tidur, ya mainan gadget. Lha aku? Ngantuk enggak, gadget nggak ada. Cuma celingak-celinguk doang. Padahal sampe 2 jam di bis. Sekalinya nanya-nanya dikit sama orang di sebelah, jawabnya nggak ramah gitu. Lain kali pura-pura tidur aja kali ya mbak?’ tanya saya sambil nyengir.

Ini masih Indonesia lho. Ini masih di Jawa lho. Padahal orang barat selalu bilang kalo orang Indonesia ramah-ramah. Yah itung-itung belajar idup di luar negeri kali ya. Hidup dan beraktivitas di lingkungan yang asing. Nggak ada yang kenal kita. Nggak ada yang mau tahu soal kita. Awalnya rada susah cuek sama orang di sebelah kita gitu, tapi lama-lama pasang headset sama buka buku lumayan juga. Sometimes it feel awesome ! Isn’t it?

Jum’at, 21 Juni 2013. 22.33 WIB
With the first song on playlist ~ Mirror-Justin Timberlake.
Selamat malam ....