Rabu, 17 Juli 2013

mencoba menaklukan ibukota #2



Puasa udah melesat seminggu aja nih. Nggak kerasa. Rutinitas harian puasa tahun ini berbeda sekali dengan tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya saya masih berada di Jogja dengan kesibukan wara-wiri kampus. Pun dengan tarawih saya yang muter-muter berpindah-pindah masjid.

Sekarang di Jakarta semua serasa serba cepat.  Begitulah kata orang-orang, di Jakarta memang perlu ada kemacetan untuk memperlambat aktivitas masyarakat ibukota yang dilakukan serba cepat.
Saking kerasa cepetnya, sampai saya hampir tidak pernah makan berat saat berbuka puasa, dan tidak merasa kelaparan sehariannya. Ah puasa memang bulan favorit. Semua aktivitas dan kesibukan mendadak mentoleransi segala bentuk ketidakdisiplinan pekerjaan, alih-alih sedang berpuasa. Telat misalnya, pulang sebelum waktunya misalnya, tidur di mushola, bermalas-malasan di balik komputer dan sebagainya. Indahnya duniaa ~

Rutinitas harian yang serba cepat dan “teratur" saya berawal dari pulang kantor. Yah, pulang kantor jam 17.00 WIB langsung menuju masjid Al-Ahzar, kemudian kajian menuju buka bersama dengan hidangan takjil dimulai pukul 17.30, sampai dengan berbuka puasa. Lepas berbuka disusul dengan shalat isya yang baru dimulai pukul 19.30, ceramah pra tarawih, kemudian tarawih dimulai pukul 20.00 WIB.
Masjid Al-Ahzar memberikan suasana yang sangat berbeda di puasa tahun ini. Masjid dengan gaya arsitektur modern ini setiap harinya dipenuhi dengan ribuan jamaah untuk shalat tarawih. Saya yang gampang terkesima alias ‘gumunan’ pasti merasa sedang berada di dunia lain kalo sedang di Al-Ahzar. Sifat gumunan saya memang selalu membawa fantasi yang berlebihan. Tapi kadang saya sangat menikmati hal itu.

Berada di tengah-tengah ribuan orang yang tidak saya kenal, di masjid yang keren karena punya security khusus untuk membariskan shaf shalat. Oh iya di mesjid ini banyak sekali security dengan seragam lengkap dan tongkatnya siap untuk mengomeli para jamaah yang mengosongkan shaf-shaf shalat atau yang shafnya tidak teratur. Mereka biasanya berkeliling di belakang jamaah setiap sebelum shalat dilakukan. Keren bukan? Awalnya saya pikir tidak perlu, tapi ternyata jamaah memang sulit sekali merapatkan shaf. Mungkin karena tidak saling mengenal jadi agak sulit. Pantas saja bapak securitynya gemes gitu. (baca: gemes = galak).

Ribuan jamaah yang datang dengan kostum beraneka ragam juga sering membuat saya terkesima. Mulai dari yang terbuka banget sampai yang tertutup banget ada. Penceramah yang sering saya lihat di tivi, sampai kamera tivi lengkap dengan reporternya pada ikutan tarawih juga.
Di luar mesjid saben hari ada pasar dadakan yang menyajikan aneka menu berbuka di stand-stand yang serba putih. Nuansa ramadhan banget deh. Sampai akhirnya saya baru sadar bahwa saya sedang di dunia nyata kalau sudah sampai di kos lagi jam 10 malam.

Kemudian bangun sahur, subuh, berangkat kantor sampai jam 5 ke masjid lagi. Begitulah rutinitas yang membuat waktu begitu cepat. Tentu saja di luar weekend yang mengharuskan saya mudik ke bekasi, atau agenda buka bersama dengan teman kuliah, teman SMA, dan tetangga rumah yang sedang merantau di sini. 
Ah sayangnya belum juga dihubungi mr baru, padahal bakalan jadi doping target ibadah ramadhan ini :(
 
Eh kebumen gimana kabarnya ya?