Rabu, 20 Juli 2011

ekspedisi semesta Lawu

Kesombongan puncak Lawu berhasil kami pijak dengan mantap! Peluh, lelah, dahaga, dingin yang sedari tadi menggerogoti tubuh kami terbayar dengan cash. Angin tidak begitu berpengaruh pada saat itu. Hanya saja suntikan dingin yang terus menusuk kulit, sesekali menggetarkan tubuh kami. Gunung Lawu ini memang terkenal dengan keserakahannya menyimpan pesona dingin dibandingkan dengan gunung lainnya. Jaket, sarung tangan, syal, topi dan segala macam aksesoris pendaki tidak juga mempan menaklukan pesona itu. 

         Jalur pendakian tangga batu yang melingkar memberikan kesan anggun dibalik keserakahan puncak Lawu. Jalur seperti ini memang cocok bagi pendaki pemula seperti kami. Tapi siapa sangka batu seperti ini yang nanti akan sangat menyakitkan para pendaki saat mereka mencoba meninggalkan puncaknya. Semacam perasaan berat melepas kepergian para pendaki darinya. Itulah pemikiran enteng yang terlintas saat kami berusaha menerjemahkan rasa sakit pada ujung-ujung telapak kaki kami kemudian. Saya, Mung, Puji, Ebes, Ali, Lukman, Anton, Denis, Widi, Dimas dan Aris.

          Pesona dingin puncak Lawu tidak mengalahkan pesona lainnya disana. Sepanjang ingatan saya, angin tidak pernah meniupi wajah kamiseindah tiupan angin Lawu. Puji syukur pada penguasa Azza wa Jallatentunya yang tidak henti-henti menaburkan kasihnya sampai detik dimana kami dapat melihat jutaan uap yang menggumpal seumpama lautan awan didepan mata kami. Sangat dekat. Juga ketika DIA mengijinkan kami untuk melihat matahari datang dan pergi patuh menuruti perintahNYA di tempat yang sungguh menakjubkan. Hawa dingin kian terlupakan saat kami semua bergabung menapaki tugu di puncak Lawu. 3265 mdpl. Tugu yang mengibarkan merah putih dengan anggun itu tidak banyak bicara untuk memastikan bahwa dirinya mempesona.

Terlalu mempesona hingga perjuangan sedikit saja tidak akan sanggup menemuinya. Perlu perjuangan yang luar biasa. Menaiki ribuan anak tangga, meneteskan keringat, dan tak terhitung lagi tarikan napas yang wajib dihirup untuk melakukan pendakian. Pos demi pos terlalui dengan suka cita. Dan dinginnya? Sesekali bertandang ditengah-tengah istirahat kami di tiap pos.But whatever feels like, I was happy to be there!

Terbang tinggi ke awan.. Mungkin ada yang bisa ku temukan..
Menyebrangi ilalang.. Walaupun jauh yang harus ku tempuh..
Jalan masihlah panjang.. Banyak keinginan yang dilupakan..
Masih harus berjuang.. Percayalah masih ada banyak harapan..
(Serdadu Kumbang *Ipang)