Rabu, 25 Juli 2012

terbiasa

Pada mulanya tersirat, dengan bahasa dan sudut pandang tertentu saja baru bisa memahami dan membiasakan.

Biasa itu memberikan kesan baik-baik saja. Tapi kadang juga bisa merusak segalanya.
Kebiasaan juga membuat benci tiba-tiba. Apalagi dibiasakan.
Mengapa harus ada biasa hingga ia melupakan hal yang berharga?
Apa bisa menjadi berharga karena dibiasakan?
Oke, dengan pembiasaan yang sering diterima, seringkali memunculkan harapan agung untuk menjadi terbiasa. 
Tapi bukankah tidak semua hal bisa disamaratakan dan dibiasakan? Ah who knows!?

2 komentar:

  1. terbiasa itu bisa menjadi obat atau racun. tergantung takaran. mira, obsesi ahli farmasi.

    BalasHapus