Namanya Nehemia. Perawakannya kecil, kulit putih
bersih, matanya sipit seperti kebanyakan anak di etnisnya, rambutnya sengaja
dibuat rapi menyamping, dia kelas 6 SD.
Cerdas sudah pasti, namun dia agak
sedikit pendiam. Dan dia satu-satunya anak yang sering membuat saya menunggunya
di ruang privat lembaga.
Permen dan matematika adalah hal yang membuat saya
bisa mengobrol dengannya. Itupun terjadi pada pertemuan saya yang keempat, hampir
3 minggu saya mengajarinya matematika dengan suasana kaku.
Fiuh.. menyenangkan
sekali bisa melihatnya terbahak, melihatnya menyambut permen yang selalu saya
bawa kemana saja, dan dia mau menceritakan cita-citanya! Dia ingin jadi arsitek!
Hebat bukan? Apa yang dulu saya pikirkan saat seusianya selain hanya main
kelereng, pohon rambutan dan sepeda? Tidak ada.
Hampir sebulan bertemu, dia baru berani menatap mata
saya. Itu pun setelah saya mengodanya. Dan pada akhirnya saya sangat puas saat
dia memutuskan untuk menjadikan saya sebagai tentor tetapnya sampai ujian nasional.
Dan wajahnya akan menggambarkan kekecewaan jika saya ijin tidak bisa
menemaninya belajar sesekali. Itu artinya dia mulai menyukai saya bukan?
ibu guru murni :)
BalasHapus