Sebenarnya cuma saya aja yang mikirin apa memang itu
adalah hal yang benar? Jadi saya membedakan jilbab dengan hijab begini: Kalo
hijab itu penutup kepala yang dipakai wanita seperti yang sedang trend
belakangan ini. Hijab yang lagi ngtrend di kalangan seleb. Kalo jilbab ya yang
dipakai para akhwat. Ya yang dipakai murabbi itu. Yang gede, yang tebel, yang
keren, yang ngeliat jadi adem ~halah~ pokoknya yang berkomplementer sama kaos
kaki.
Sebenernya ada lagi kosa kata yang mirip. Adalah
kerudung. Kata temen SMA saya yang akhwat, ada versus antara jilbab dan
kerudung. Jilbab itu ya yang gede itu, kalo kerudung sudah menutup dada sih,
cuman masih kecil. Pokoknya yang biasa dipake dirumah.
Drrtt drrrtt
<-- efek shock standar.
Oke. Berarti saya belum pake jilbab. Semoga
dimudahkan terus berproses membaik. Amin.
Balik lagi ke hijab dan jilbab.
Akhir-akhir ini sering mendapat masukan yang agak
kurang memberi minat yang berarti. Di dunia kerja di kota yang digadang-gadang
dengan dunia hedonismenya, masalah hijab tidak kalah trend.
“Mur, mbok kamu pake hijabnya yang trendy lho. Biar kelihatan
lebih muda” kata saudara saya suatu waktu.
“Mur, mbok sekali-kali pake hijab yang begini, ini
dapet tutorial di youtube lho” tambahnya sambil menunjuk hijab yang dipakainya
bangga -_____-
Kemudian saya pusing. Ah ribet. Susah makeknya.
Jawabku sekenanya.
Bagus sih, kelihatan lebih fresh. Agak sedikit
tergoda untuk mencoba. Asal ada syaratnya, begitu kata akhwat kantor yang juga
senior di tempat kerja.
Syaratnya 1) Kainnya tebal, tidak menerawang. 2)
Menutup dada. 3) Tidak berpunuk unta. 4) Tidak mengikat leher. Alasannya jelas
sekali ada di Qur’an Surat An Nur 31. Serta hadist riwayat Muslim tentang
jilbab berpunuk unta yang diharamkan baginya mencium wangi surga itu. Wallahua’lam.
Subhanallah ya, beribadah memang harus terus saling
mengingatkan. Nek saya sih emang harus diingetin terus. Tiap hari ditanya “Murni,
kaos kakinya mana?” misalnya :D *halah~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar