Puasa udah melesat seminggu aja
nih. Nggak kerasa. Rutinitas harian puasa tahun ini berbeda sekali dengan tahun
sebelumnya. Tahun sebelumnya saya masih berada di Jogja dengan kesibukan
wara-wiri kampus. Pun dengan tarawih saya yang muter-muter berpindah-pindah
masjid.
Sekarang di Jakarta semua serasa
serba cepat. Begitulah kata orang-orang,
di Jakarta memang perlu ada kemacetan untuk memperlambat aktivitas masyarakat
ibukota yang dilakukan serba cepat.
Saking kerasa cepetnya, sampai
saya hampir tidak pernah makan berat saat berbuka puasa, dan tidak merasa
kelaparan sehariannya. Ah puasa memang bulan favorit. Semua aktivitas dan
kesibukan mendadak mentoleransi segala bentuk ketidakdisiplinan pekerjaan,
alih-alih sedang berpuasa. Telat misalnya, pulang sebelum waktunya misalnya,
tidur di mushola, bermalas-malasan di balik komputer dan sebagainya. Indahnya
duniaa ~
Rutinitas harian yang serba cepat
dan “teratur" saya berawal dari pulang kantor. Yah, pulang kantor jam
17.00 WIB langsung menuju masjid Al-Ahzar, kemudian kajian menuju buka bersama
dengan hidangan takjil dimulai pukul 17.30, sampai dengan berbuka puasa. Lepas
berbuka disusul dengan shalat isya yang baru dimulai pukul 19.30, ceramah pra
tarawih, kemudian tarawih dimulai pukul 20.00 WIB.
Masjid Al-Ahzar memberikan
suasana yang sangat berbeda di puasa tahun ini. Masjid dengan gaya arsitektur
modern ini setiap harinya dipenuhi dengan ribuan jamaah untuk shalat tarawih.
Saya yang gampang terkesima alias ‘gumunan’ pasti merasa sedang berada di dunia
lain kalo sedang di Al-Ahzar. Sifat gumunan saya memang selalu membawa fantasi
yang berlebihan. Tapi kadang saya sangat menikmati hal itu.
Berada di tengah-tengah ribuan
orang yang tidak saya kenal, di masjid yang keren karena punya security khusus
untuk membariskan shaf shalat. Oh iya di mesjid ini banyak sekali security
dengan seragam lengkap dan tongkatnya siap untuk mengomeli para jamaah yang
mengosongkan shaf-shaf shalat atau yang shafnya tidak teratur. Mereka biasanya
berkeliling di belakang jamaah setiap sebelum shalat dilakukan. Keren bukan? Awalnya
saya pikir tidak perlu, tapi ternyata jamaah memang sulit sekali merapatkan
shaf. Mungkin karena tidak saling mengenal jadi agak sulit. Pantas saja bapak
securitynya gemes gitu. (baca: gemes = galak).
Ribuan jamaah yang datang dengan
kostum beraneka ragam juga sering membuat saya terkesima. Mulai dari yang
terbuka banget sampai yang tertutup banget ada. Penceramah yang sering saya
lihat di tivi, sampai kamera tivi lengkap dengan reporternya pada ikutan
tarawih juga.
Di luar mesjid saben hari ada
pasar dadakan yang menyajikan aneka menu berbuka di stand-stand yang serba putih.
Nuansa ramadhan banget deh. Sampai akhirnya saya baru sadar bahwa saya sedang
di dunia nyata kalau sudah sampai di kos lagi jam 10 malam.
Kemudian bangun sahur, subuh,
berangkat kantor sampai jam 5 ke masjid lagi. Begitulah rutinitas yang membuat
waktu begitu cepat. Tentu saja di luar weekend yang mengharuskan saya mudik ke
bekasi, atau agenda buka bersama dengan teman kuliah, teman SMA, dan tetangga
rumah yang sedang merantau di sini.
Ah sayangnya belum juga dihubungi mr baru, padahal bakalan jadi doping target ibadah ramadhan ini :(
mingkem, mur. jangan kebablasan terkesimanya. eh, mr baru? saha eta? cerita plis *asah golok*
BalasHapushahaha...
Hapussaha naon? mr mah guru ngaji urang atuh. murobi gituna ~
(lieur eh pake bahasa gini)
Terimakasih sudah berkunjung :D
BalasHapusMaaf lama nggak buka blog. Sukses untuk acaranya :)